Rabu, 02 Maret 2011

My Confession Part1

Hmm. . .apa yang harus ditulis ya? Bagaimana memulainya?
Semua berawal dari. .
Sebuah kata. Untuk sebuah cita-cita. “Dokter”
Kata itu muncul dibenak seorang anak balita ketika orang tuanya selalu bertanya :”Jadi apa kamu kalau besar nanti?”
Apakah pernah terpikir oleh anak itu : apa semudah itu meraih cita-citanya? Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan orang tuanya? TIDAK.
Anak itu hanya ingin orang tuanya tersenyum dan merasa senang saat dia mengucapkannya. Sungguh cita-cita yang mulia.
Menjelaskan perasaannya bagi seorang anak memang tidak mudah. Bagaimana saya bisa mendapat semua jawaban itu dari seorang anak balita? Itu bukan pernyataan dari seorang anak balita. Perasaan itu dari seorang anak yang sekarang sudah tumbuh besar. Anak itu tak lain adalah aku. Ya, AKU.
Aku tak pernah berpikir sejauh itu jika mengucapkan sebuah kata itu. Karena mereka, semua orang yang disekitarku yang selalu mendukungku dan mengarahkanku kesana. Adik sepupu ipar ibu dari ayah kakek belum ada yang berprofesi sebagai dokter. Sebenarnya semua tak ada masalah. Kedua orang tuaku ternyata sudah menyiapkan biaya yang tidak sedikit itu untukku. Karena mereka berharap aku bisa mewujudkannya (@_@)
Semuanya juga berjalan dengan lancar selama 9 tahun aku bersekolah. Prestasiku tak pernah buruk. Setidaknya itu modal utamaku. Sampai saatnya aku duduk di bangku SMA. Tantangan yang harus kulewatipun semakin sulit. Untuk menginjakkan kaki di Perguruan Tinggi, aku harus bersaing dengan pelajar se-Indonesia. Jalur PMDK sudah pernah membuatku gagal meski hanya di PTS.
Ketakutanku pun muncul. Apakah suatu saat aku akan meraihnya? Benarkah pilihanku ini? Apakah takdirku disana? Apa aku tidak membebani ekonomi orang tuaku? Mampukah aku membanggakan orang tuaku?
Ketika pertanyaan itu mulai muncul dibenakku, aku melakukan kesalahan. Aku sadar itu sangat menyimpang dari pilhanku. Aku mengikuti PMDK salah satu PTS yang terkenal dengan TI-nya dan akupun mengambil jurusan sistem informasi. Ini terdengar aneh. Hanya beberapa temanku yang tahu. Orang tuaku pun tidak tahu menahu. Sampai akhirnya surat itu sampai ke rumah. AKU DITERIMA. Ya, diterima di jurusan sistem informasi. Surat itu hanya mengobati ketakutanku sendiri. Ibuku yang membaca surat itu, menerima pilihanku jika itu memang pilihan terakhir yang ada. Sedangkan ayahku tak menyentuh apalagi membaca surat itu. Saat itu aku sadar bahwa aku telah merusak kepercayaan ayah. Ayah yang selalu percaya bahwa aku BISA. Tapi ternyata pilihanku ini membuatnya kecewa. MAAF AYAH (T_T)

Kesempatan pun datang. .

1 komentar:

  1. semua cerita yang kamu lalui adalah sebuah proses... so keep fight ya depp :)
    aku juga koo ... meski pikiran bercabang, harapanku tetep jadi dokter yg profesional,, sama seperti kamu :)

    BalasHapus